Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Alasan Lulusan Sarjana Tidak Bekerja Sesuai Dengan Jurusan (Ijazahnya)

Ada banyak alasan sarjana tidak bekerja sesuai dengan jurusan (ijazahnya). Cari tahu di bawah ini!

Salah satu pertanyaan umum dan paling klasik terkait dengan pekerjaan adalah apa alasan sarjana tidak bekerja sesuai dengan jurusan (ijazahnya)? Pertanyaan ini muncul karena merebaknya fenomena di masyarakat dimana banyak lulusan perguruan tinggi bekerja di bidang yang berbeda dari jurusannya.  
Kemenaker mencatat lebih dari 60% sarjana bekerja di bidang yang tidak ada hubungan dengan jurusannya. Meskipun sah-sah saja, namun ini menimbulkan kerugian sebab ilmu yang dipelajari selama 4 tahun atau lebih tidak terlalu berguna untuk pekerjaan. Setidaknya ada 2 faktor penyebab yakni internal dan eksternal.

Faktor Eksternal Alasan Sarjana Tidak Bekerja Sesuai dengan Jurusan (Ijazahnya)

1. Sulitnya Menemukan Pekerjaan yang Cocok
Ketersediaan lapangan pekerjaan yang sesuai dengan jurusan sarjana ketika kuliah masih terlalu sedikit. Bahkan, beberapa pekerjaan yang sesuai dengan jurusan kuliahnya hampir tidak ada sama sekali.
Biasanya pekerjaan yang sesuai dengan jurusannya hanya bisa ditemukan di luar negeri dan sebagainya. Hal ini membuat banyak sarjana yang memilih untuk banting setir dan bekerja di bidang yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan jurusan atau mata kuliahnya.

2. Pemasukan di Bidang Pekerjaan yang Sesuai Tidak Cukup


Pada beberapa bidang pekerjaan, gaji yang ditawarkan ternyata tergolong rendah hingga menyebabkan banyak lulusan sarjana yang memilih banting setir dan bekerja di bidang yang tidak berkaitan dengan pendidikannya.
Hal ini biasa terjadi pada pegawai honor di bidang kesehatan dan pendidikan seperti sekolah-sekolah terutama di daerah pelosok yang mana kisaran gaji yang diterima sangat rendah bahkan bisa jadi di bawah Rp 1 juta per bulannya.
Pemasukan yang rendah ini membuat banyak sarjana yang memilih mengambil pekerjaan berbeda asalkan menawarkan pemasukan lebih besar.

3. Saingan Pelamar yang Tinggi
Beberapa fakultas di tanah air tercatat memiliki jumlah lulusan yang sangat tinggi. Hal ini dikarenakan jumlah program studi yang ditawarkan baik oleh Perguruan Tinggi Negeri (PTN), Perguruan Tinggi Swasta (PTS) hingga sekolah tinggi sangat banyak.
Menurut Pangkalan Data Pendidikan Tinggi, ada beberapa program studi yang paling banyak dibuka di tanah air yakni Manajemen, Akuntansi, Kebidanan, Keguruan, Teknik Informatika, Keperawatan dan lainnya.
Meskipun belum ada data yang menunjukkan perbandingan antara jumlah lulusan sarjana dengan jumlah lowongan yang tersedia. Namun ketika jumlah lulusan banyak dengan lowongan sesuai jurusannya sedikit akan membuat sarjana tersebut terpaksa memiliki bekerja di bidang apa saja supaya tidak menganggur.
 
4. Lowongan Kerja yang Dibuka Tidak Melihat Latar Jurusan

Faktor eksternal lain yang membuat banyak lulusan sarjana memilih bekerja di bidang yang tidak berhubungan adalah banyaknya perusahaan atau instansi yang membuka lowongan kerja tanpa melihat latar jurusan.
Biasanya lowongan kerja ini berkaitan dengan pemasaran, manajemen, dan sebagainya yang mana perusahaan tidak terlalu memandang latar jurusannya sehingga seluruh sarjana jurusan manapun dapat melamar posisi yang ditawarkan.
Hal ini tentu membuat banyak sarjana mencoba mencari peruntungan dengan melamar pada lowongan kerja tersebut meskipun tidak terlalu berkaitan dengan jurusan kuliahnya.
Meskipun ada berbagai faktor eksternal yang membuat banyak sarjana memilih untuk bekerja di bidang yang tidak berkaitan dengan jurusannya, namun hal tersebut sesungguhnya tidak perlu menjadi fokus utama pembahasan. Paling terpenting adalah faktor internal yang ada dalam kendali diri setiap orang.

5. Tekanan Sosial yang Tinggi
Tekanan sosial memainkan peran yang sangat besar dalam mempengaruhi pilihan karir seseorang. Bahkan, faktor tekanan sosial ini sudah dirasakan sejak seorang anak lulus SMA.
Masyarakat hari ini banyak yang memandang bahwa setelah SMA harus kuliah S1. Jika tidak kuliah S1 seolah anak ini tertinggal dari teman-temannya. Pakem yang salah ini membuat banyak anak lulusan SMA merasa “tertekan” jika tidak kuliah.
Alhasil banyak dari mereka memilih mengikuti tekanan sosial tersebut dengan berkuliah S1 meskipun jurusan yang diambil tidak sesuai passionnya. Padahal, ada beberapa passion yang tidak membutuhkan kuliah S1.
Sebagai contoh, siswa SMA yang senang dunia fotografi tentu lebih baik mengambil kursus selama 1 sampai 2 tahun saja di bidang fotografi professional. Terutama jika memang passion siswa tersebut di bidang fotografi. Hal ini lebih efektif dibandingkan harus kuliah 4 tahun di jurusan yang tidak sesuai passion.
Mahasiswa yang memilih jurusan tidak sesuai passion menyebabkan banyak dari mereka yang akhirnya mengejar karir yang tidak terkait dengan jurusannya.
 
5. Kurangnya Kompetensi di Bidang Tersebut
Faktor eksternal kelima ini menjadi salah satu alasan sarjana tidak bekerja sesuai dengan jurusan (ijazahnya). Banyak dari sarjana ketika lulus dan mencari pekerjaan yang sesuai jurusannya baru mengetahui bahwa ternyata kompetensi yang dimilikinya masih kurang untuk berkarir di bidang tersebut.
Misal ada beberapa bidang pekerjaan pada jurusan tertentu yang ternyata “mensyaratkan” pelamarnya untuk menempuh bidang spesialisasi atau sekolah lanjut (S2) terlebih dulu. Terkadang bisa juga terjadi pendidikan yang diberikan semasa kuliah tidak memberikan kompetensi yang sesuai kebutuhan industry.

Faktor Internal Alasan Sarjana Tidak Bekerja Sesuai dengan Jurusan (Ijazahnya)


1. Kurang Informasi Sebelumnya

Banyak lulusan SMA saat akan memilih jurusan di perkuliahan tanpa pertimbangan yang matang. Mereka memilih jurusan A atau B karena faktor ikut-ikutan kawan saja atau karena pilihan orang tua. Alhasil calon mahasiswa baru tersebut tidak begitu paham apa jalan karir yang dia inginkan ke depannya.
Sebenarnya hal ini bisa diminimalisir dengan bimbingan yang mencukupi dari pihak pendidik di masa SMA. Seharusnya pihak penyelenggara pendidikan bisa memberikan gambaran yang utuh mengenai konsekuensi dari setiap pilihan jurusan kuliah.
Dengan memberikan informasi yang mencukupi, maka diharapkan dapat mengurangi fenomena “salah jurusan”. Fenomena ini banyak dialami oleh mahasiswa karena kurangnya informasi saat mendaftar. Hal ini banyak terjadi karena mereka memilih jurusan atas dorongan orang tua semata atau karena kawan.

2. Terlalu Mudah Menyerah Memperjuangkan Cita-Cita
Faktor internal kedua ini paling banyak melanda anak muda dan masyarakat pada umumnya. Karena tuntutan ekonomi jangka pendek, akhirnya banyak lulusan sarjana memilih mengorbankan impiannya saat dulu memilih jurusan saat kuliah karena dirasa terlalu sulit untuk digapai.
Banyak sarjana yang sebenarnya sejak dari awal memilih jurusan sudah memiliki bayangan bahwa kelak dia akan jadi “ini” dan “itu”. Sebagai contoh ada sarjana pertanian atau peternakan yang memang bercita-cita membuka perkebunan atau peternakan hewan yang sukses.
Namun setelah ia lulus kuliah barulah ia menyadari bahwa membuka usaha tersebut membutuhkan modal dan keberanian yang besar. Belum lagi ketika ia berpikir ingin mendaftar pekerjaan di bidang tersebut agar dapat membekalinya dengan ilmu praktis yang cukup, namun ternyata jumlah lowongan kerjanya terbatas.
Hal inilah yang membuat kenapa banyak sekali ditemukan lulusan tertentu seperti pertanian, keguruan, hingga kesehatan memilih bekerja sebagai customer service di lembaga perbankan. Apalagi lowongan kerja di lembaga perbankan memang umumnya tidak mengharuskan dari jurusan tertentu.
Alhasil inilah yang membuat para sarjana tersebut mengubur dalam-dalam cita-citanya dan memilih lowongan kerja apa saja selama tidak menjadi pengangguran terdidik. Banyak aspirasi para sarjana yang mudah takluk karena tuntutan ekonomi jangka pendek.
 
3. Pikiran Pragmatis dan Praktis
Faktor internal satu ini banyak melanda sarjana dengan semakin lama berlalunya masa pendidikannya. Pada masa awal-awal mahasiswa kuliah, kebanyakan mahasiswa tersebut berjiwa idealis dan memiliki aspirasi atau impian yang sangat tinggi terkait masa depannya.
Namun, seiring masa kuliah yang berjalan 3 hingga 5 tahun lamanya, idealitas tersebut pun tergerus dan digantikan oleh pikiran pragmatis dan praktis. Ketika mahasiswa sudah kuliah selama beberapa tahun lamanya, sadarlah ia bahwa ternyata mencari pekerjaan yang terkait jurusannya tidak begitu mudah.
Selain itu, membuka bisnis sendiri yang berhubungan dengan impiannya ternyata tidak begitu mudah. Alhasil, pemikirannya hanya tertuju pada bagaimana cara mendapatkan pekerjaan yang menghasilkan pendapatan dengan lebih cepat.
 
4. Faktor Ekonomi Keluarga

Faktor satu ini memang menjadi salah satu alasan sarjana tidak bekerja sesuai dengan jurusan (ijazahnya). Banyak sarjana yang memilih jalan cepat dengan berkarir di bidang yang tidak sesuai jurusan atau passionnya karena faktor kondisi ekonomi keluarga.
Kondisi keluarga yang terhimpit masalah ekonomi membuat banyak orang berpikiran pragmatis “tidak apa kerja apa saja yang penting dapat uang untuk keluarga.” Banyak dari sarjana yang awalnya sangat berminat bekerja di bidang yang sesuai jurusan saat kuliah, tapi akhirnya memilih kerja serabutan.
Mereka memilih kerja serabutan dibandingkan mengejar cita-citanya karena dirasa terlalu lama padahal mereka membutuhkan uang dengan cepat. Hal ini tentu tidak salah karena setiap orang memang memiliki kondisi yang berbeda-beda.
 
5. Faktor Internal Keluarga
Alasan sarjana tidak bekerja sesuai dengan jurusan (ijazahnya) bisa jadi karena adanya faktor internal dari pihak orang tua atau keluarga besar. Ada banyak orang tua yang melarang anaknya untuk mengejar karir tertentu karena beberapa alasan baik itu alasan ekonomi, alasan kekhawatiran dan lainnya.
Ada orang tua yang memaksa anaknya untuk berkarir di instansi tertentu tempat orang tuanya bekerja meskipun hal tersebut tidak sesuai jurusan sang anak. Ada sarjana lulusan fakultas kesehatan didorong orang tuanya untuk melamar sebagai ASN Polri atau TNI meskipun jurusannya tidak berhubungan.
Ada juga anak yang ingin mengejar karirnya yang cemerlang di luar negeri namun dihalangi atau tidak difasilitasi oleh orang tuanya. Meskipun hal ini bisa jadi karena kurangnya dana dari pihak keluarga, namun tidak jarang orang tua melarang karena faktor khawatir dan memang tidak suka.


6. Ingin Mencoba Hal Baru
Selain karena adanya faktor tekanan internal, ada kalanya orang memilih bekerja di bidang lain semata-mata karena dia merasa “bosan” dengan jurusannya dan ingin mencoba hal baru. Banyak mahasiswa terutama di masa akhir kuliah penasaran ingin mempelajari bidang yang tidak terkait dengan kuliahnya.
Alhasil, ketika mahasiswa lulus kuliah, mereka justru lebih memilih bidang pekerjaan yang jauh berbeda dari jurusannya. Misalnya ada mahasiswa jurusan ilmu hukum yang ternyata senang merias wajah. Alhasil saat lulus ia justru memilih mendirikan wedding organizer.  
Apapun alasan sarjana tidak bekerja sesuai dengan jurusan (ijazahnya), hal terpenting dalam bekerja tentu saja adalah rasa nyaman dan bahagia. Kejarlah apa yang menjad passion dengan mencari informasi terkait passion tersebut sebanyak mungkin agar tidak sampai salah melangkah.